SIGLI – Mantan kombatan GAM Pidie yang tergabung dalam Forkab (Forum Komunikasi Anak Bangsa) mendeklarasikan dukungan untuk Bustami Hamzah – Fadhil Rahmi (Syech Fadhil). Deklarasi dukungan bersamaan dengan peresmian posko pemenangan Forkab Aceh untuk Bustami – Syech Fadhil di Bambi, Pidie, Minggu sore, 20 Oktober 2024.
Di hadapan Bustami Hamzah, Ketua Umum Forkab Aceh M Nasir Lado mengatakan pihaknya mendukung Bustami Hamzah lantaran sudah hampir 20 tahun Aceh damai namun pihaknya belum merasakan kesejahteraan seperti para elite GAM lain.
“Sudah hampir 20 tahun perdamaian, namun eks kombatan GAM di Pidie belum merasakan nikmat perdamaian,” kata Nasir Lado.
Dalam deklarasi itu turut hadir sejumlah mantan GAM eks Libya. Hadir juga eks GAM senior Abdul Muis dan Ismuhar alias Mancong, seorang desertir polisi yang melarikan sembilan pucuk senjata api laras panjang dari Polres Aceh Tengah pada tahun 1999.
Mancong yang juga mantan Panglima GAM Daerah II, Wilayah Batee Iliek, menyampaikan meskipun damai Aceh telah berusia 20 tahun, kesejahteraan mantan kombatan masih jauh dari harapan. Masih banyak para pejuang GAM yang hidup dalam kondisi memprihatinkan.
“Mari berpikir dengan akal sehat untuk memilih pemimpin yang cerdas, bukan paket C. Saya seorang polisi desersi yang membawa lari sembilan pucuk senjata dari Polres Aceh Tengah untuk GAM. Namun, sudah 20 tahun perdamain sampai hari ini saya tidak mendapat apapun dari dana perdamaian,” kata Mancong.
Menurut Mancong, setelah dirinya menyatakan dukungan untuk Bustami Hamzah, ada utusan Muzakir Manaf yang mendatangi dirinya dan mengajak bergabung ke tim Mualem. Namun, Mancong sudah terlanjur sakit hati karena merasa sudah terlalu lama diabaikan.
“Awai disipak, dudoe digusuek (dulu ditendang, belakangan dielus),” katanya.
Karena itu, Mancong berharap Bustami Hamzah membawa harapan baru bagi rakyat Aceh. Mancong yakin, Bustami yang seorang birokrat adalah orang yang tepat memimpin Aceh periode 2025-2030. Dan di tangan Bustami lah mantan Kombatan dan anak yatim korban konflik bisa sejahtera dari sebelumnya.
Mantan GAM senior Abul Muis menyampaikan hal senada. Ia termasuk yang kecewa pada pemimpin GAM yang menurutnya tidak memperhatikan kesejahteraan mantan GAM selain di lingkaran terdekat elite GAM.
Abdul Muis juga berpesan kepada Syech Fadhil, jika kelak terpilih mendampingi Bustami Hamzah sebagai wakil gubernur Aceh, Syech Fadhil yang mengikuti jejak Muzakir Manaf sewaktu jadi Wakil Doto Zaini Abdullah.
“Syech Fadhil jangan seperti Muzakir Manaf waktu jadi wakil Doto Zaini, jalan sendiri-sendiri, tidak mendengarkan Doto Zaini sebagai gubernur,” kata Abdul Muis.
Pada kesempatan yang sama, mantan aktivis yang juga pernah bergabung dalam pasukan GAM Bireuen, Kautsar Muhammad Yus, mengingatkan bahwa Aceh telah mendapat kewenangan besar lewat Undang-undang Pemerintahan Aceh (UUPA), namun kewenangan itu belum bisa dimaksimalkan untuk mengeluarkan Aceh dari kemiskinan.
Kautsar mengingatkan, dulu mereka di GAM ada pemahaman bahwa jika perjuangan berhasil, pemerintahan Aceh akan diserahkan kepada orang yang ahli dan paham mengurus nanggroe.
“Jinoe ka saat jih ta pulang keulayi nanggroe nyoe bak ureueng yang meuphom uroh nanggroe (sekarang sudah saatnya kita kembalikan nanggroe ini kepada orang yang mengerti mengurusnya),” kata Kautsar.
Kautsar mengingatkan, pada 2027 Dana Otonomi Khusus yang saat ini tinggal setengahnya, akan berakhir. Setelah itu, jika salah memilih pemimpin maka Aceh akan masuk ke era kegelapan.
Karena itu, kata Kautsar, dibutuhkan orang yang punya kemampuan bagus untuk melobi Pemerintah Pusat.
“Aceh membutuhkan pemimpin yang mampu berkomunikasi dengan Pusat dan menjawab tantangan ke depan agar Aceh semakin maju dan mampu keluar dari posisi nomor satu provinsi termiskin,” kata Kautsar.
“Kalau yang kita pilih adalah gubernur yang tidak mampu berkomunikasi dengan pusat, nyan kajeuet top keudee laju (kita sudah bisa segera tutup toko),” kata Kautsar bertamsil.
Merespon harapan dan dukungan yang diberikan mantan GAM Pidie, Bustami Hamzah mengatakan dirinya akan memprioritaskan kesejahteraan masyarakat. Bustami menekankan bahwa seorang pemimpin harus selalu hadir di tengah masyarakat ketika dibutuhkan.
“Pemimpin itu adalah pelayan, seorang pemimpin itu harus hadir saat masyarakat butuh. Apa yang dibutuhkan? Persoalan pendidikan, pertumbuhan ekonomi, menekan angka kemiskinan, mendorong pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan kerja untuk generasi ke depan,” kata Bustami.
“Saya yakin, kebersamaan akan membawa kesuksesan. Mari kita semua memilih pemimpin untuk lima tahun ke depan sesuai hati nurani, tanpa paksaan,” kata Bustami.