KSINews – Perpustakaan Tanoh Abee, tentunya tidak asing lagi bagi sebagian masyarakat Aceh bahkan masyaralat dari luar Aceh. Perpustakaan yang terletak di Komplek Dayah Tanoh Abee, Kecamatan Seulimuem, Aceh Besar, menurut penelitian Arkeologi Islam Indonesia merupakan satu-satunya perpustakaan Islam tertua di Asia Tenggara.
Perpustakaan yang telah ada sejak kepemimpinan Sultan Iskandar Muda ini banyak tersimpan manuskrip tentang Islam, seperti ilmu Fiqih, ilmu Tasawuf, ilmu Ibadah, dan masih banyak ilmu-ilmu yang dibahas lainnya. Kitab-kitab yang tersimpan di dalam pesantren tersebut merupakan tulisan tangan karya para ulama Aceh terdahulu.
Perpustakaan Tanoh Abee tersebut dikelola secara turun temurun mulai dari pendirinya Syeh Fairus Al-Baghdady diteruskan oleh anaknya bernama Syeh Nayan. Kemudian Syeh Nayan mewariskan kembali perpustakaan tersebut sekaligus pesantrennya bernama Syeh Abdul Hafidh.
Selanjutnya diwariskan kepada Syeh Abdurrahim, yang menurut catatan sejarah, Syeh Abdurrahim termasuk pewaris pesantren Tanoh Abee yang sangat banyak mengumpulkan naskah-naskah kuno untuk menjadi koleksi perpustakaan.
Dari Syeh Abdurrahim perpustakaan dan pesantren ini diwarisi oleh Syeh Muhammad Saleh. Diteruskan oleh anaknya Syeh Abdul Wahab.
Kemudian Syeh Muhammad Sa’id. Dari Muhammad Sa’id pesantren ini diurus oleh Teungku Muhammad Ali, hingga kemudian jatuh kepada Teungku Muhammad Dahlan atau yang lebih dikenal dengan Abu Dahlan Tanoh Abee. Abu Dahlan, meninggal dunia pada tahun 2007 silam.
Berdasarkan informasi, saat ini di perpustakaan itu tersimpan sedikitnya 6000 judul kitab hasil tulisan tangan ulama yang pernah memimpin dayah tersebut.
Kitab yang tersisa ini dulunya diselamatkan oleh masyarakat dengan membawanya ke hutan. Saat sudah aman masyarakat kembali menyimpannya di dayah.
Selain itu, naskah-naskah tulisan tangan itu banyak hilang saat diadakan Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) pertama di Aceh.
Sejumlah naskah kuno, kitab hasil karangan para ulama Aceh terdahulu, tersimpan rapi di perpustakaan ini. Namun karena usang dimakan waktu, naskah-naskah tersebut banyak yang lapuk dan rusak akibat tidak mendapat perawatan sebagaimana mestinya.
Setiap hari perpustakaan Tanoh Abee banyak dikunjungi oleh masyarakat Aceh dan dari luar Aceh. Bahkan, beberapa ilmuan asal luar negeri juga pernah mendatangi perpustakaan tertua di Nusantara ini untuk mengadakan penelitian.
Dari perpustakaan ini pula cukup banyak yang telah berhasil memperdalam ilmunya dalam penulisan tesis atau disertasi dengan meneliti naskah dan kitab-kitab kuno yang terdapat di perpustakaan Tanoh Abee.(ADV)