Bireuen, – Demokrasi di Kabupaten Bireuen porak poranda dengan lahirnya politik uang atau money politik pada pilkada Bireuen tahun 2018 silam. Pencetus money politik dikabupaten Bireuen seakan terlakap pada sosok salah satu paslon yang pada saat pilkada tahun 2018 mampu mematahkan pesaingnya Incumben dan dua pesaing nya dengan politik “culas” yang membagikan uang kepada para pemilih di kabupaten Bireuen. Tuduhan tersebut bukan tidak beralasan, beberapa kasus ditemukan dilapangan yang dimainkan oleh tim sukses pasangan tersebut.
Tahun 2024 adik salah satu paslon tersebut yang pada saat pilkada tahun 2018 silam merupakan ketua Tim Sukses yang dikabarkan akan mendaftarkan diri sebagai salah satu kandidat calon Bupati Bireuen periode tahun 2024- 2029. Pemerhati Aceh Zulfikar meminta kepada masyarakat kabupaten Bireuen untuk mewaspadai politik uang yang kemungkinan akan dimainkan oleh para kandidat.
Menurut Zulfikar yang dibutuhkan oleh masyarakat Bireuen adalah calon-calon yang memiliki gagasan dan integritas dan loyalitas dalam membangun Bireuen selama lima tahun kedepan, bukan calon yang hanya mengandalkan uang untuk membeli suara dan kemudian jabatanya dijadikan sebagai alat untuk mengeruk keuntungan dari APBK dan sumber daya lain di kabupaten Bireuen.
Zulfikar juga mengajak masyarakat untuk merenungkan dan melihat Bireuen dalam beberapa tahun terakhir nampak terlihat bagaimana mutu dari pembangunan di kabupaten Bireuen yang selama hampir 10 tahun dikuasai oleh beberapa orang saja. Bagaimana proses tender dimainkan oleh salah satu Dinas yang merupakan titipan salah satu pengusaha yang sudah menjadi rahasia umum di Bireuen. Banyak perusahaan yang berada dibawah satu payung yang menguasai hampir 90 persen proyek APBK Bireuen.
“ Sudah proyek dimonopoli, mutu pembangunan hancur-hancuran dan proyek seakan-akan milik pribadi atau keluarganya “, ujar mantan aktivis Bireuen tersebut. Pada Sabtu, (10/8/24).
Menurut Zulfikar Bireuen sudah sangat rusak, monopoli bukan hanya dibidang proyek pembangunan saja, hampir semua organisasi yang “basah” juga dimonopoli. “Ini benar-benar menunjukkan sikap yang rakus, bayangkan kalau sempat menjadi Bupati maka bagaimana Bireuen kedepan diurus”, pungkasnya.
Oleh karena ini menurut Zulfikar sudah saatnya pelaku politik uang kita buat bertaubat pada pilkada tahun 2024 mendatang. Masyarakat harus lebih cerdas memilih calon pemimpin jangan tertipu dengan muka-muka yang penuh senyum dan pemurah akhir-akhir ini, menurut Zulfikar itu hanya topeng saja.**
Editor: Dima