Aceh Barat,- Tak disangka oleh Sayed Rusmadi, hari Selasa, 17 Juni 2025, akan menjadi hari yang tak terlupakan dalam hidupnya. Siswa kelas 5 SD Negeri 4 Kuala Batee itu datang ke sekolah seperti biasa—dengan mengenakan satu-satunya sepatu yang ia miliki. Sepasang sepatu lusuh yang telah sobek lebar di bagian depan, hingga jari-jarinya yang dibalut kaus kaki tampak menyembul keluar.
Pagi itu tampak biasa saja, hingga menjelang siang, sekolahnya kedatangan tamu penting: istri Gubernur Aceh sekaligus Bunda PAUD Aceh, Marlina Muzakir. Marlina hadir dalam rangka menyosialisasikan pola makan sehat B2SA—Beragam, Bergizi, Seimbang, dan Aman—dengan tema khusus “Gemar Minum Susu dan Makan Telur.” Kegiatan ini menjadi bagian dari upaya mencegah stunting melalui penanaman kebiasaan makan bergizi sejak usia dini.
Ratusan siswa memenuhi ruang kelas, menyimak materi dengan antusias. Saat Marlina membagikan susu dan telur secara simbolis kepada siswa, matanya tertuju pada sepatu Sayed yang sudah sangat tidak layak pakai. Ia sempat terdiam dan terharu. Tanpa banyak bicara, ia lalu berkeliling memperhatikan murid-murid lainnya. Ternyata, bukan hanya Sayed—dua siswa lain, yakni Andika (kelas 4) dan Zulfahmi (kelas 5), juga menggunakan sepatu serupa: sobek dan nyaris hancur.
Ketiganya berasal dari Gampong Alue Pisang, sebuah desa kecil di kawasan Kuala Batee. Ketika ditanya mengapa mereka tetap memakai sepatu yang rusak parah, Sayed menjawab pelan, “Karena tidak ada sepatu lain, Bu.”
Mendengar itu, Marlina terdiam sejenak, lalu mengambil keputusan spontan yang menyentuh semua hati yang hadir siang itu. Ia mengajak ketiga siswa tersebut keluar dari sekolah—bukan untuk dihukum, melainkan untuk diberi hadiah. Usai berakhirnya kegiatan sosialisasi, mereka pun diajak pergi.
Marlina mengajak mereka naik mobil dinasnya, Toyota Alphard berwarna hitam, menuju pusat kota Blang Pidie yang berjarak sekitar 10 menit dari sekolah. Ketiganya tampak canggung sekaligus tak percaya bisa duduk di dalam mobil mewah dan diajak langsung oleh istri Gubernur.
Sesampainya di sebuah toko perlengkapan sekolah, Marlina mempersilakan mereka memilih sendiri semua kebutuhan seragam—mulai dari sepatu, celana, baju, sabuk, kaus kaki, tas, hingga topi sekolah. Ketiganya tersenyum lebar, memilih dan mencoba pakaian dengan bantuan staf toko, sementara Marlina turut mencarikan ukuran yang pas dan memberi semangat. Wajah-wajah kecil itu memancarkan rasa gembira yang sulit dilukiskan dengan kata-kata.
Sekitar satu jam kemudian, ketiganya keluar dari toko dengan seragam baru lengkap, dan tentunya, sepatu yang kini layak dipakai. Marlina tersenyum melihat mereka tampil rapi. “Nah, sekarang sudah rapi dan ganteng-ganteng,” canda Marlina, disambut tawa kecil dari anak-anak.
Seragam lama mereka dibungkus dalam plastik. Sayed, Andika, dan Zulfahmi pun kembali naik ke dalam Alphard—kali ini dengan penuh percaya diri. “Terima kasih banyak, Ibu. Kami senang sekali dapat baju baru,” ucap Sayed mewakili teman-temannya, matanya berbinar.
Marlina tampak tersenyum haru. Baginya, ini bukan soal baju baru semata, melainkan tentang memberikan rasa percaya diri dan harapan baru bagi anak-anak. Ia pun berpesan, “Rajin belajar ya, anak-anak. Semoga kalian sukses meraih mimpi.”
Kejutan belum berakhir. Marlina juga mengajak mereka singgah ke Pendopo Bupati Aceh Barat Daya. Di sana, ketiganya berkesempatan berfoto bersama Bupati sebagai bentuk penghargaan dan kenang-kenangan atas hari istimewa itu
Hari itu, ketiganya pulang bukan hanya dengan seragam baru, tetapi juga dengan semangat dan kenangan tak ternilai—sebuah kisah kecil yang mungkin tak akan pernah mereka lupakan seumur hidup.
Editor: Redaksi