Banda Aceh, – Di tengah kepadatan pemukiman penduduk di Neusu Aceh, Kecamatan Baiturrahman, Banda Aceh terdapat areal pertanian hidroponik yang menanam tumbuhan mint. Daun mint merupakan sejenis herbal yang diminati untuk menyegarkan minuman.
Ketua DPRK Banda Aceh,Irwansyah ST mengunjungi kebun mint yang dimiliki oleh Teguh Budi Santoso (40) pada, Sabtu (19/7/2025).
Oleh Teguh, Irwansyah diajak berkeliling melihat tanaman mint. Di kebun itu juga ada pakcoy, cincau, bayam brazil dan kale yang ditanam secara hidroponik.
Dulunya lahan tersebut adalah lahan tidur berupa semak-semak, yang kemudian oleh Teguh disulap menjadi lahan pertanian hidroponik.
Jika awalnya dulu Teguh hanya mencoba-coba untuk bertani di lahan sempit, kini dari pertanian hidroponik itu ia sudah menyuplai hasil panen ke berbagai outlet di Banda Aceh dan mampu menghidupi keluarganya.
Irwansyah menyampaikan, langkah yang dilakukan Teguh dengan memanfaatkan lahan kosong di tengah kota, untuk areal pertanian dapat menjadi inspirasi untuk yang lainnya.
Bahkan, katanya, saat ini Teguh sudah bisa mengantungkan hidupnya dari lahan pertanian hidroponik tersebut.
Ia juga kagum kepada Teguh yang ia nilai cekatan, karena tidak hanya menanam mint, ia juga menanam sejumlah tanaman bernilai ekonomis lainnya. Termasuk beternak ayam petelur, ikan nila, hingga ikan lele dengan areal yang sempit.
“Ayam petelur juga sangat potensial, permintaannya tinggi untuk warung-warung kopi, untuk telur setengah matang atau yang menyediakan menu boh manok weng,” ujar Irwansyah.
“Pak Teguh ini mampu mengubah lahan yang dulu bukan apa-apa, menjadi lahan produktif, dengan tanaman mint dan berbagai tanaman lainnya. Sekarang Alhamdulillah menjadi penyokong ekonomi rumah tangga,” ujarnya.
Katanya, sekarang kebun mint sudah sering dikunjungi sebagai tempat edukasi. Oleh karena itu, Ketua DPRK mendorong agar murid-murid sekolah ajak berkunjung ke tempat itu, agar mereka diajari sejak dini mengenai semangat bertani.
“Ke depan tema ketahanan pangan ini menjadi favorit, karena masuk dalam asta citanya Presiden Prabowo,” ujarnya.
Kata Irwansyah, saat ini hasil pertanian dari kebun mint tersebut sudah dipasarkan ke sejumlah outlet di Banda Aceh seperti Simpang Lima Grocery, hingga Dapur Arini. Bahkan, setiap hari semua tanaman yang dipanen terjual habis.
Kepada pihak Dinas Pangan, Pertanian, Kelautan dan Perikanan (DP2KP) Banda Aceh yang ikut mendampingi kunjungannya, Irwansyah berharap agar pemerintah dapat mendukung untuk hal-hal yang masih dibutuhkan oleh petani seperti Teguh.
Untuk tanaman cincau hijau atau yang dikenal dengan nama ilmiah Cyclea barbata, Teguh tidak hanya menjual mentah. Tapi ia memproduksi menjadi minuman kemasan siap saji, yang kini sudah dititip ke berbagai oulet.
Dalam kunjungan itu, Irwansyah juga memborong minuman cincau hijau yang diproduksi oleh Teguh, dari bahan dasar sendiri, dan diolah menjadi minuman segar siap saji.
Teguh Budi Santoso memang tidak ada latar belakang pertanian, tapi lewat tangan cekatan si sarjana ilmu akutansi ini, beragam tumbuhan tumbuh subur.
Lahan dengan luas sekitar 500-an meter di Lorong Seulanga, Jalan Merak, Neusu Aceh adalah milik orang tuanya. Dulu berupa semak-semak, lalu diubah jadi kebun.
Teguh menjelaskan, ia mulai berkebun pada 2017 silam setelah ia resign dari sebuah perusahaan swasta. Saat itu ia langsung fokus untuk tanaman mint, karena belum ada yang menanam di Banda Aceh Apalagi minuman kekinian di café-café dan coffeshop, seperti squash, blue ocean dan mojito membutuhkan daun mint.
Katanya, saat ini ia mampu menghasilkan sekitar 3 kilogram daun mint dalam sehari, dengan harga per kg Rp 170 ribu. Daun itu ada yang dijual ke grocery atau pembeli datang langsung ke kebunnya.
Dari hasil urban farming itu, Teguh sudah meraih omzet Rp 1 juta hingga 500 ribu dalam sehari. “Dengan omzet sekarang, kebun ini sudah jadi mata pencaharian lah,” ujarnya.
Dari kisah Teguh dapat menginspirasi, siapa yang bersungguh-sungguh dan yakin, maka akan menuai hasil.
Editor: Redaksi