“Bank Aceh harus dapat bersaing dengan bank-bank lain yang lebih dahulu hadir di Jakarta sebagai pusat ekonomi Indonesia,” kata Nova Iriansyah yang hadir bersama Direktur Bank Aceh Haizir Sulaiman, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Aceh Jamaluddin, serta sejumlah tokoh Aceh dan pengusaha di Jakarta, Senin, 20 Desember 2021.
Untuk mampu bersaing, kata Nova Iriansyah, Bank Aceh harus tangkas dalam mengembangkan sisi teknologi informasi. Bank Aceh juga diharapkan mampu beradaptasi cepat untuk dapat bersaing dengan bank-bank lain yang juga melakukan transformasi digital besar-besaran, salah satunya dengan menggunakan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence).
“Dalam kesempatan ini, saya mengajak tokoh masyarakat Aceh dan orang-orang hebat Aceh di Jakarta untuk sama-sama membangun Bank Aceh. Sekaligus menjadikan gedung kantor cabang Bank Aceh sebagai pusat persaudaraan dan kemajuan Aceh,” kata Nova Iriansyah.
Direktur Utama Bank Aceh, Haizir Sulaiman, mengatakan pasar digital adalah arah pengembangan Bank Aceh di masa hadapan. Bank Aceh, kata Haizir Sulaiman, telah melangkah ke arah itu.
“Harapan pak gubernur itu bukan hal yang mustahil. Visi kami, Bank Aceh boleh menjadi bank lokal, tapi kami berkiprah secara nasional untuk diperhitungkan secara global,” kata Haizir Sulaiman.
Haizir Sulaiman juga berharap masyarakat Aceh di Jakarta untuk menjadi nasabah bank plat merah itu dan menjadi bagian dari bank yang kini memiliki aset sebesar Rp 30 triliun. Bank Aceh, kata dia, adalah bank daerah ke 19 yang membuka cabang di Jakarta.
Sementara kantor Bank Aceh Menteng merupakan kantor cabang ke 27 Bank Aceh dan menjadi yang pertama di Jakarta. Kantor ini sekaligus menjadi jaringan kantor yang ke 186 bagi Bank Aceh, setelah sebelumnya memiliki 1 Kantor Pusat, 26 Kantor Cabang, 93 Kantor Cabang Pembantu, 29 Kantor Kas, 25 Payment point. Termasuk didalamnya 12 layanan mobil kas.
Deputi Komisioner Pengawas I Otoritas Jasa Keuangan Teguh Supangkat berharap keberadaan kantor cabang di Menteng dapat memperkuat jaringan Bank Aceh secara nasional. Kantor baru ini juga diharap membuka potensi bisnis baru yang dapat dimanfaatkan untuk perkembangan dan pertumbuhan Bank Aceh.
“Pembukaan kantor cabang di Jakarta menunjukkan eksistensi Bank Aceh sebagai bank syariah yang dapat memberikan layanan, tidak hanya bagi masyarakat Aceh di Jakarta, namun juga masyarakat umum. Siapapun di Jakarta,” kata Teguh Supangkat.
Teguh Supangkat mengatakan total aset keuangan bank syariah secara nasional, hingga September lalu, mencapai 1.993 triliun. Di tengah pandemi Covid-19, yang memberikan tekanan terhadap kegiatan ekonomi nasional, namun kinerja perbankan syariah mampu tumbuh positif.
“Dari sisi aset 7,43 persen. Pembiayaan 6,18 persen. Dana pihak ketiga tumbuh 11,05 persen. Pertumbuhan ini melebihi bank konvensional,” kata Teguh Supangkat.
Dalam kesempatan itu, Bank Aceh juga meluncurkan Peng Card. Ini adalah uang elektronik berbentuk kartu yang dapat digunakan untuk bertransaksi secara digital. Kartu ini dikeluarkan Bank Aceh dengan mekanisme co-branding.
Teguh berharap kehadiran BAS di Jakarta bisa menjadi lokomotif perbankan syariah, memberi kontribusi pada perkembangan usaha syariah dan pada akhirnya dapat mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
Hadir dalam kegiatan itu Ketua DPRA Dahlan Jamaluddin, Wakil Ketua DPRA Hendra Budian dan Safaruddin, Ketua PKK Aceh Dyah Erti Idawati, Sekda Aceh yang juga Komisaris Utama BAS dr. Taqwallah, Deputi Komisioner Pengawasan OJK Teguh Supangkat, Kepala OJK Aceh Yusri, Dewan Komisaris BAS, Dewan Pengawas dan Direksi BAS dan Kepala Badan Penghubung Pemerintah Aceh di Jakarta Almuniza Kamal.(NZ)